TULUNGAGUNG KOTA KU




Nama Tulungagung sendiri “Pitulungan Agung” (pertolongan yang agung). Nama ini berasal dari peristiwa saat seorang pemuda dari gunung wilis bernama Joko Baru mengeringkan sumber air di Ngrowo (Kabupaten Tulungagung tempo dulu) dengan menyumbat semua sumber air tersebut dengan lidi dari sebuah pohon enau atau aren. Joko Baru dikisahkan sebagai seorang pemuda yang dikutuk menjadi ular oleh ayahnya, orang sekitar kerap menyebutnya dengan Baru Klinthing. Ayahnya mengatakan bahwa untuk kembali menjadi manusia sejati, Joko Baru harus mampu melingkarkan tubuhnya di Gunung Wilis. Namun, malang menimpanya karena tubuhnya hanya kurang sejengkal untuk dapat benar-benar melingkar sempurna. Alhasil Joko Baru menjulurkan lidahnya. Disaat yang bersamaan, ayah Joko Baru memotong lidahnya. Secara ajaib, lidah tersebut berubah menjadi tombak sakti yang hingga saat ini dipercaya “gaman” atau “senjata sakti”. Tombak ini masih disimpan dan dirawat hingga saat ini oleh masyarakat sekitar.
Sedangkan, versi kedua nama Tulungagung berasal dua kata, “Tulung” dan “Agung”, Tulung artinya sumber yang besar, sedangkan Agung artinya besar. Dalam pengartian berbahasa jawa tersebut, Tulungagung adalah daerah yang memiliki sumber air yang besar. Sebelum dibangunnya Bendungan Niyama di Tulungagung Selatan oleh pendudukan tentara Jepang, di mana-mana di daerah Tulungagung hanya ada sumber air saja. Pada masa lalu, karena terlalu banyaknya sumber air disana, setiap kawasan banyak yang tergenang air, baik musim kemarau maupun musim penghujan.

RAGAM BUDAYA DAN KESENIAN TULUNGAGUNG
Tulungagung memiliki berbagai macam kebudayaan yang unik dan menarik, diantaranya adalah :
  • Reog kendang
Merupakan gubahan tari rakyat, menggambarkan arak-arakan prajurit Kedhirilaya tatkala mengiringi pengantin “Ratu Kilisuci“ ke Gunung Kelud, untuk menyaksikan dari dekat hasil pekerjaan Jathasura, sudahkah memenuhi persyaratan pasang-girinya atau belum. Dalam gubahan Tari Reog ini barisan prajurit yang berarak diwakili oleh enam orang penari.
Yang ingin dikisahkan dalam tarian tersebut ialah, betapa sulit perjalanan yang harus mereka tempuh, betapa berat beban perbekalan yang mereka bawa, sampai terbungkuk-bungkuk, terseok-seok, menuruni lembah-lembah yang curam, menaiki gunung-gunung, bagaimana mereka mengelilingi kawah seraya melihat melongok-longok ke dalam, kepanikan mereka, ketika “Sang Puteri“ terjatuh masuk kawah, disusul kemudian dengan pelemparan batu dan tanah yang mengurug kawah tersebut, sehingga Jathasura yang terjun menolong “Sang Puteri“ tewas terkubur dalam kawah, akhirnya kegembiraan oleh kemenangan yang mereka capai.
  • Jamasan Tombak Kyai Upas.
Tombak Kyai Upas adalah pusaka Kabupaten Tulungagung.  Sebagaimana ditulis dalam buku Sejarah Babad Tulungagung, menurut latar  belakang budayanya atau cerita rakyat dari versi keluarga Raden Mas  Pringgo Kusumo Bupati Tulungagung yang ke X. Konon, pada akhir  pemerintahan Mojopahit banyak keluarga Raja yang membuang gelarnya  sebagai bangsawan, dan melarikan diri ke Bali, Jawa Tengah dan Jawa  Barat.
Salah seorang kerabat Raja bernama Wonoboyo melarikan diri  ke Jawa Tengah dan babat hutan disekitar wilayah Mataram dekat Rawa  Pening-Ambarawa. Setelah membabat hutan Wonoboyo bergelar Ki Wonoboya.  Selanjutnya hutan yang dibabad itu dikemudian hari menjadi suatu  pedukuhan yang sangat ramai. Dan sesuai dengan nama putranya, oleh Ki  Wonoboyo dukuh itu dinamakan Dukuh Mangir.
Pada suatu hari, Ki Wonoboyo mengadakan selamatan bersih  desa. Banyak para muda-mudi yang datang membantu. Namun ada salah satu  diantara pemudi yang lupa tidak membawa pisau, dan terpaksa meminjam  kepada Ki Wonoboyo. Ki Wonoboyo tidak keberatan, gadis itu dipinjami  sebuah pisau namun ada pantangannya, yakni jangan sekali-kali pisau itu  ditaruh dipangkuannya. Tetapi gadis itu lupa. Pada saat ia sedang  beristirahat, pisau itu ditaruh dipangkuannya. Namun tiba-tiba pisau itu  lenyap. Dengan hilangnya pisau tersebut sang gadis itu hamil. Ia  menangis, dan menceritakan persoalannya kepada Ki Wonoboyo. Alangkah  prihatinnya Ki Wonoboyo. Yang selanjutnya beliau bertapa dipuncak Gunung  Merapi.
Ketika telah datang saatnya melahirkan, betapa lebih  terkejutnya sang ibu, karena bukannya jabang bayi yang  dilahirkan-melainkan seekor ular naga. Namun bagaimanapun keadaannya ia  tetap anak bagi seorang ibu. Dan ular Naga itu diberi nama Baru  Klinting, yang berikutnya dibesarkan di Rawa Pening. Baru Klinting punya  jiwa dan bahkan bisa berbicara seperti layaknya manusia. Setelah  dewasa, kepada ibunya ia bertanya tentang siapa dan dimana ayahnya.  Dijawablah oleh sang ibu, jika ayahnya adalah Ki Wonoboyo dan saat ini  sedang melakukan tapa di puncak Gunung Merapi.
Atas ijin ibu, berangkatlah Sang Naga mencari ayahnya. Namun  setelah sampai ketempat tujuan, alangkah kecewanya Baru Klinting.  Karena bukannya pengakuan Ki Wonoboyo sebagai ayah, tetapi sebuah cacian  “Tak mungkin Wonoboyo mempunyai anak seekor ular“. Baru Klinting tetap  bersikukuh, maka Ki Wonoboyo mengajukan sebuah tuntutan: lingkarilah  puncak merapi.


  • Temanten kucing
Yaitu sebuah budaya yang dilakukan orang-orang daerah Pelem , Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung untuk meminta hujan . Kucing yang di nikahkan akan di tempatkan di pelaminan bersama pasangan seorang wanita dan lelaki yang berdandan layaknya orang menikah.
Tradisi ini dulunya sangat populer , tetapi seiring akan perkembangan zaman budaya ini semakin hilang sekitar sejak 3 tahun yang lalu.

MAKANAN KHAS DAERAH TULUNGAGUNG
  • Nasi Ayam Lodho
Nasi ayam lodho adalah makanan yang mempunyai bahan dasar ayam dengan rempah-rempah resapan bumbu bersantan. Nasi ayam lodho punya kekuatan cita rasa tersendiri. Selain memakai ayam kampung yang tentunya jauh lebih lezat ketimbang ayam negeri, bumbu-bumbu berupa rempah-rempah asli Indonesia menjadi salah satu faktor utamanya.

Ciri khas nasi ayam lodho sebenarnya terletak pada cita rasa pedas.
Selain rasa pedasnya yang menggigit, keistimewaan nasi ayam lodho juga terletak pada racikan bumbu rempah dan santannya.
Memasak nasi ayam lodho melalui dua tahap. Pertama, daging direbus dalam rendaman santan kelapa dan racikan berbagai jenis rempah-rempah, antara lain: cabai rawit, daun salam, lengkuas, serai, daun jeruk, garam, bawang putih, bawang merah, kemiri, ketumbar, dan jinten bubuk.
Setelah santan dan bumbu rempah-rempah benar-benar meresap, daging kemudian dibakar atau dipanggang di atas bara api dengan bahan bakar arang, baru kemudian disajikan bersama nasi putih hangat dan urap.

  • Sate dan Gule Kambing
    Sate kambing adalah daging kambing yang ditusuk dan dibakar di atas arang serta di berikan  bumbu kecap diatasnya.
    Gule kambing  merupakan daging kambing yang dimasak dengan diberi kuah santan yang telah dibumbuin dengan kecap dan sedikit merica.

Tulungagung memiliki sate dan gulai kambing dengan rasa yang khas dari daerah ini. Hal ini karena bumbu yang diberikan terasa lebih masuk dan meresap ke dalam dagingnya. Selain itu perbedaannya juga ada pada saat proses memasaknya. Proses memasaknya dengan cara dibakar dan juga dicelupkan ke dalam kuah gulainya.

  • Kerupuk Rambak
Makan tak lengkap rasanya jika tidak ditemani dengan kerupuk untuk menambah selera saat mengkonsumsinya. Jika Anda memiliki moto demikian tentu saja kerupuk rambak yang satu ini memang dirasakan nikmat apabila dijadikan sebagai makanan khas yang bisa menjadi oleh-oleh. Untuk rasa yang ditawarkan begitu renyah dan gurih sehingga cocok untuk teman makan.

Setelah Anda mengetahui mengenai sebelas makanan khas Tulungagung yang terkenal karena kelezatannya dan oleh-oleh daerah yang bisa dibawa pulang. Maka mungkin saja Anda berpikir bahwa mungkin saja akan menghabiskan banyak uang. Apabila Anda berpikir begitu dan ingin berwisata dengan hemat namun tetap dapat menikmati segala jenis kuliner ini berikut ini tips untuk Anda yaitu.

KERAJINAN DAN INDUSTRI KHAS TULUNGAGUNG
  • Batik khas Tulungagung yaitu :
  1. Batik gajah mada
  2. Batik baronggung
  3. Batik satrio manah Tulungagung
Kesimpulan dari Motif Batik khas Tulungagung yang menjadi pembeda dari produk batik daerah lain adalah tentang keberanian dalam memberi warna warni di setiap desain batiknya.
Dan batik Tulungagung kebanyakan memakai buketan di tengah motif dasarnya.
  • Marmer dan batu Onix, Tulungagung merupakan salah satu penghasil marmer terbesar di Indonesia.

  • Kerajinan Kulit hewan, misalnya :
  1. kerajinan dompet dari kulit,
  2. sabuk dari kulit,
  3. sandal dari kulit, dll.
  • Kerajinan dari ijuk atau dari kulit kelapa, misalnya :
  1. keset (pembersih kaki),
  2. sapu, dll

Komentar